A Book Titled 'A Cat In My Eyes' in My Eyes
Written on: Wednesday, December 24, 2008
Time: 6:43 AM


Serupa cuaca, aku mencintaimu, selalu terikat waktu
Serupa udara, aku menyayangimu, selalu terikat ruang
Serupa hujan, aku membencimu, sewaktu-waktu.
Memusingkan. Mungkin untuk orang yang jarang membaca buku 'sastra dan bahasa' (sesuai dengan nama rak tempat buku ini di simpan di sebuah toko buku), akan merasa agak sulit mengartikan banyak dari cerita di buku yang bersampul imut-imut seperti saya buku dongeng anak-anak ini. Saya pribadi membeli buku ini atas rekomendasi teman bernama Wenny lewat blognya yang sama imutnya dengan buku ini (padahal katanya udah semester 7. Wkaakak!). Saya tertarik sama puisi yang saya quote di atas, dengan judul 'Membencimu' yang dicantumkan oleh Wenny di blognya, juga review singkatnya yang membuat saya jadi makin penasaran sama bukunya. Hehe. Terus saya pijit-pijit linknya, eh, rupanya ada lomba bikin resensinya! Wah—sekali makan, dua tiga porsi terhabisi, begitu pikir saya waktu itu. Jadi dengan keluangan waktu (berhubung lagi liburan), saya menyempatkan diri ke toko buku lalu membeli buku ini, bersama buku Cara Cepat Belajar Bahasa Prancis.

Oke, mari kita kuliti buku ini dari sampul sampai isinya. Itulah resensi, bukan?

Buku dengan harga (nominal silakan dilihat di toko buku masing-masing) yang cukup ramah di kantong ini rupanya tidak begitu tebal. Dilihat-lihat, covernya mungkin akan menarik beberapa anak kecil yang mengira ini adalah buku dongeng tentang kucing yang terperangkap dalam foto (loh?) atau semacamnya. Kalo saya sih, berhubung udah ngintip review orang, jadi cukup saya ketik di komputer : nama pengarang—lihat rak berapa, terus saya masukkin ke dalam kantong belanja. Temen saya yang ikut nemenin ngintip-ngintip bukunya gitu, "Buku apa tuh?" (terdengar cukup tertarik). "Bahasa dan Sastra, liat aja raknya," jawab saya santai. Dan tampangnya langsung berubah cuek—tidak begitu tertarik. Yaaa, begitulah. Tema yang diusung buku ini mungkin agak 'hah?' bagi anak-anak muda jaman sekarang, tapi saya gak mau nilai buku dari rak dimana dia disimpan. Jadi, saya tetap beli.

Kertasnya enak dibaca, spasinya gede-gede, tulisannya nyaman, dan cukup handy. Secara fisik, buku ini oke—terutama karena bikin orang-orang melirik saya yang baca buku dengan cover catchy. Nyahaha..

Masuk ke isinya. Ibarat kacang segala rasa Bertie-Botts di serial Harry Potter, dengan cover yang lucu—buku ini menyimpan berbagai rasa ketika saya membacanya. Weis, puitis gak tuh? Tapi bener kok. Di cerita pertama kita disuguhi pertanyaan sederhana tentang cantik, sampai dibawa mengarungi berbagai cerita dewa dari negeri Yunani, atau diajak mikir tentang jalan keluar di bab Satori. Jujur, banyak cerita yang saya gak ngerti, walau kadang pas baca rasanya gini :

"Ah, gila! Ini gw banget!" atau "Ooh, itu maksudnya,"—tapi saya pas berpikir ulang, malah kadang bingung apa yang sebenarnya saya pikirkan? Tck, kadang memori jangka pendek memang harus diandalkan dengan harapan esensi bukunya benar-benar masuk di otak saya, kalau nggak ya... baca lagi aja. Toh buku saya ini, hoho.

Overall sih, saya juga tentu ngerti beberapa cerita. Esensinya dapet, dan kadang bikin saya merinding sendiri pas baca. Tema yang diusung, berikut pertanyaan-pertanyaannya terlihat simple dan ringan, berhasil digali dengan dalam oleh Mas Fahd dengan kata-kata yang nyelekit, bahkan kadang bikin saya ngikik sendiri. Kata-kata yang digunakan beberapa saya gak ngerti, walau dengan murah hati dan murah harganya beberapa kata Alhamdulillah ada footnotenya. Tapi tetep aja banyak yang gak saya ngerti—atau cuman bisa saya terka-terka artinya. Yaah, saya maklum sih, buat buku dengan genre yang saya anggap sebagai 'filsafat-ringan' kayak gini, pasti saya akan tampak seperti orang bodoh ketika membacanya. Yaya, tapi semoga itu semua gak mengurangi esensi yang saya dapat dari buku ini.

Nah, sesuai dengan quote dari buku ini yang bilang : Karena bertanya tak membuatmu berdosa, saya jadi banyak nanya abis baca buku ini. HAHAHA. Nanya-nya gak jauh-jauh—sama si buku, plus sama diri saya sendiri. Mungkin pertanyaan yang mengganjal diantaranya : kenapa ada cerita yang pake huruf kecil semua? kenapa saya gak ngerti? atau kenapa saya bingung? Ya, toh gak dosa. Jadi biasanya tiap baca juga saya nanya ke diri saya sendiri, "Kok mereka (tokoh di buku) bisa mikir kayak gitu? Kenapa saya gak bisa?" dan sebagainya.

Nah, rupanya dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul akibat baca buku ini, saya pribadi mendapat beberapa hal yang positif : saya gak lagi memandang dunia sebagai sesuatu yang bundar dan membosankan. Ya, rupanya emang bener, masih banyak yang harus 'dipertanyakan' di dunia ini. Saya gak munafik, gak nulis ini karena pengen menang lomba ini, jujur—saya sempat jenuh bertanya! Di otak saya cuman ada : jalani yang ada di depan, gak perlu dipermasalahin. Tapi rupanya hidup terlalu misterius buat dijalanin doang. Rupanya banyak hal yang harus digali lewat tanya dan rasa penasaran, jadi makna hidup sendiri bakal muncul dan bisa kita nikmati pake ketawa, nangis, atau pake ngamuk sekalipun. Well, buku ini benar-benar renungan mini yang menyenangkan buat diri saya. Untuk itu, sekalian aja deh bilang makasih buat Mas Fahd yang udah bersedia 'menghabisi si waktu' yang masih gak jelas itu buat nulis buku-buku kayak gini. Hehehe :p

Mungkin segitu aja kali ya resensi buku ini. Kesimpulannya : buku imut berharga ramah ini worthed buat dibeli kalian yang lagi bosan sama kehidupan kalian, atau kalian yang lagi senggang seperti saya. Intinya buat semuanya yang pengen nambah satu cara pandang lagi buat menjalani hidup, buku ini bisa masuk dalam kantong belanja Anda. Sekian aja. Quotenya saya pasang disini, karena ini juga salah satu yang paling ngena buat saya.

Karena bertanya tak membuatmu berdosa.

Enjoy :9

More Info : Blog Pengarang klik | Gagasmedia klik


Edit to Add : Alhamdulillah, resensinya jadi salah satu favorit :) Makasih ya GagasMedia. Benar-benar membangkitkan semangat menulis. Hehe...

::EntogBoy::

Labels:

|