Peduli? Empati?
Written on: Saturday, January 10, 2009
Time: 5:31 PM

Peduli,
Empati,
Sayang,
Mau istilah apa lagi?

Banyak banget orang di sekitar kita yang selalu mengumbarkan kalau dia peduli sama masalah kita, pengen bantu dengan hasrat menggebu-gebu seolah dengan berjalan bersama semuanya bakal berjalan lebih mudah. Sebut saja ada Mr. A yang punya masalah percintaan, kemudian Mr. B mengendusnya dan segera membuka biro konsultasi cinta gratis dengan begitu semangat. Harapannya tentu saja Mr. A mau berbagi cerita dan mereka bisa mencari solusinya bersama. Tapi pernahkan kalian terpikir kalau Mr. A mungkin saja tidak suka dengan sikap sok perhatian Mr. B? Bisa saja, karena gw kadang mengalami hal tersebut.

Empati, mungkin kata tersebut udah kita kenal sejak kita SD, didikte sama guru PKn dengan kapur warna-warni bersandingan dengan kata simpati atau peduli. Kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain, itu definisi umum yang sering dicekoki pada pikiran kita. Sekarang pertanyaan gw untuk kalian yang baca ini, terutama buat orang-orang yang senang membantu orang lain : apakah kalian yakin kalian bisa berempati? Kawan, ternyata banyak hal-hal yang mungkin gak perlu dimasuki, diselami, atau kalian korek cuman karena kalian peduli. Ada hal yang sulit buat di-empati-in. Oke, gw suka pengen tahu, tapi gw berusaha kalo dia gak mau cerita, gw biarin. Gak perlu diperpanjang investigasinya. Peduli boleh, apalagi kalo orangnya mau cerita. Tapi banyak hal-hal personal yang kalaupun diceritakan pada kalian yang peduli, mungkin hanya akan memutar otak kalian menjadi sosok stigmatis yang memiliki pikiran standar. Pusing?

Hmm, jadi misalnya gw cerita masalah X ke kalian, pandangan kalian bakal berubah jadi pandangan umum yang berlaku di sekitar kita, paradigma memuakkan yang gw pun udah tau dan ga perlu dikasih tau lagi. Intinya : semua orang bisa berpikir seperti itu. Contoh deh, Mr A punya masalah tentang perceraian, dan Mr. B belum pernah mengalami perceraian tapi SOK peduli. Apa kalian yakin si Mr. B bisa memberikan solusi terbaik, sementara empati dia gak akan sempurna karena dia gak pernah memainkan posisi Mr. A? Apa ada yang berani menjamin Mr. B gak akan memberikan petuah-petuah 'klasik' yang bakal diberikan sama semua orang kalaupun Mr. A cerita sama orang lain? Kalian sadar ga kalau kayak gitu, kalian cuman bikin kesel aja dan tidak memberikan solusi apapun (bahkan kadang merumitkan masalah)? Sadar? SADAR!

Dunia memang diciptakan untuk menjadi lahan sosialisasi manusia, buat berbagi (katanya) suka maupun duka. Tapi tolong, deh, gw capek dituntun kayak anak kecil. Banyak hal yang gak mungkin dibagi sama semua orang, too private atau gw emang gak mau ada yang tau. Salah? Mau mikir macem-macem? Itu sih terserah LO semua, orang-orang yang SOK peduli sama keadaan manusia lain. HEY, YOU'RE NOT A SUPERHERO! Lo bukan orang-orang yang bisa memposisikan semua keadaan gw dan berempati sepenuh hati seolah-olah lo dah pernah jadi manusia dalam posisi yang persis sama kayak gw. Tolong ya, gw punya masalah yang emang diciptakan buat gw selesaikan sendiri, gak perlu kalian menggali itu semua sampe bikin gw naek pitam karena bosen ngeladeninnya. I'll tell you if I must. Gw tau sama siapa gw bisa cerita hal-hal tersebut dan kalo itu bukan lo, ya gak usah ikut campur. Tandanya gw gak percaya kalo lo bisa berempati lebih baik dari orang-orang lain yang ada di kehidupan gw.

That's it. Gw muak, jujur. FYI, post ini gak gw tujukan buat satu dua orang. Banyak dan gak mungkin gw tulis satu-satu.

Intinya, gw seneng ada yang peduli sama gw, tapi kalo ada masalah yang udah gw bilang 'rahasia' atau 'itu urusan gw', tolong hormati, ya. Gak usah ngerasa kalian bisa mengerti keadaan gw dan pasti bisa memberikan solusi terbaik. Gw juga bakal berusaha buat peduli sama kalian, dan bakal berhenti menggali ketika kalian gak mau cerita.


Note :
Peduli itu bagus selama gak berlebihan. Tanyalah orang 'ada masalah apa?' ketika kondisi lo memungkinkan untuk membantu. Tapi ketika yang ditanyai sudah menolak berkali-kali untuk cerita, biarkanlah. Berarti lo belum dapat kepercayaan untuk menjadi sang pendengar, atau masalah orang itu jauh lebih rumit dan bersifat pribadi. Hargai orang gak perlu nunggu dia teriak 'hargai gw!', tapi ketika kalian baca situasi untuk itu, lakukan. Jangan bikin orang tersebut semakin naik pitam.

Gw gak ngajarn buat gak empati loh ya =)) Empati tuh penting, tapi semua selalu ada tempatnya. Cheers, sori kalo postnya pake emosi.

Labels:

|